News
Cetak Anak Cerdas dan Berbudi Pekerti

(Joglo Semar, Feb.15, 2012)
Memiliki buah hati yang cerdas, tangguh dan berbudi pekerti baik, siapa yang tak mau. Rasanya semua orangtua memiliki keinginan tersebut.

Dibutuhkan proses yang tidak instan untuk dapat mencapainya. Menurut pakar pendidikan Prof Dr Arif Rachman, orangtua perlu memiliki kesadaran terencana akan pendidikan.

"Untuk kecerdasan tentu dibutuhkan adanya sebuah pendidikan. Orangtua bertugas memiliki kesadaran akan pendidikan tersebut untuk anak," tuturnya saat ditemui seusai acara peluncuran buku dongeng anak The Tale of Didgit Cobbleheart di Jakarta, Rabu (15/2).

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang dapat merangsang kinerja otak dan hati anak. "Orangtua harus bisa merangsang kinerja akal karena rangsangan itu penting. Sebab otak ini bekerja karena ada rangsangan. Tapi tidak hanya rangsangan pada otak saja, tetapi juga rangsangan hati," jelasnya.

Untuk menerapkannya, banyak metode yang dapat dilakukan. "Banyak caranya. Multimetode. Bisa dengan bermain, membaca, atau mendengarkan musik," tukasnya.

Mengenai ketangguhan mental, orangtua pun bertugas untuk membiarkan anak memiliki mental berusaha, berupaya dan tahan banting. "Potensi emosi seorang anak harus bisa digugah dengan tidak memanjakannya. Potensi ini penting karena dia bisa mempelajari harmoni, warna, serta perbedaan-perbedaan," ulasnya.

"Biasanya kan orangtua kalau mendengar anaknya merengek, misalnya, 'Handphone ku hilang' lalu orangtua menjawab, 'Iya nanti beli lagi yang baru ya'. Kalau begitu, jangan salahkan anak jika menjadi manja," tambahnya, mencontohkan.

Untuk pembentukan budi pekerti baik, orangtua perlu memperhatikan kekuatan agama. "Bukan dengan menyuruhnya menghafal sebuah surat di kitab. Tapi ini agar dia mengetahui apa yang baik dan yang buruk. Ini lebih mengenai kekuatan etika dan kepatuhan," pesannya.

Kalau sudah begitu, sambungnya, akan terbentuk karakter yang baik. Anak akan tetap bertahan pada suatu nilai yang baik walaupun dalam keadaan terdesak dan terjepit. Selain itu hubungan anak dengan lingkungan sekitar pun perlu diasah. "Mereka harus bisa menyadari tidak hidup sendiri. Mereka membutuhkan dan dibutuhkan orang lain," tandasnya.