KOMPAS.com - Setiap orang memiliki persepsi dan ekspektasi yang berbeda mengenai pencapaian-pencapaiannya. Bagi sebagian orang, prestasi dan keberhasilan merujuk pada berbagai hal yang besar seperti menduduki posisi tinggi di kantor, memenangkan suatu penghargaan, dan lain sebagainya. "Masih banyak perempuan yang belum menyadari dan menghargai keberhasilan kecil yang dilakukannya," ungkap psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, kepada Kompas Female, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Padahal sebenarnya keberhasilan untuk menyelesaikan tugas sebelum waktunya, bisa membantu orang yang membutuhkan, atau bahkan sekadar berhasil memasak makanan yang lezat, dan melakukan semuanya dengan senang, juga merupakan suatu pencapaian, meski dalam skala kecil. "Sudah selayaknya kita menghargai berbagai prestasi kecil ini, dan berbagi bersama anak-anak setiap hari untuk meningkatkan bonding antara ibu dan anak," tukasnya. Selain mempererat hubungan ibu dan anak, kebiasaan menceritakan berbagai keberhasilan kecil yang dicapai ternyata bisa membangun karakter anak. Menurut riset, seorang ibu yang bahagia dalam pekerjaannya dan memiliki prestasi di luar rumah, ternyata mampu membuat anak-anak perempuannya memiliki sifat "tahan banting" dan ingin selalu berprestasi. Sedangkan anak laki-laki menjadi sopan serta menghormati wanita. "Orangtua akan menjadi role model bagi anak-anaknya. Sehingga mereka akan meniru apa yang dilakukan orangtua, terutama ibu, karena ibu dianggap perempuan serba bisa yang melakukan berbagai hal dengan gembira," bebernya. Oleh karena itu, hindari mengeluh tentang pekerjaan di depan anak. Mengeluh di depan anak, misalkan karena lelah dan kurangnya rasa syukur atas keberhasilan, akan membuat anak menjadi bingung dan tidak mampu menghargai keberhasilannya sendiri. Kebingungan anak ini merupakan bentuk ekspresi karena ia menerima dua hal yang saling bertolak belakang dari ibunya: di satu sisi sang ibu selalu mengeluh kelelahan bekerja, marah-marah karena ada masalah di kantor, namun di sisi lain ibu selalu pulang malam ke rumah. Panjangnya waktu yang dihabiskan ibu di luar rumah akan membuat anak berpikir bahwa ibu mereka menyukai pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini akan membuat anak menjadi kurang menghormati ibunya, dan justru tidak ingin jadi seperti ibunya. "Obrolan-obrolan kecil tentang pencapaian prestasi ibu sehari-hari kepada anak akan menggambarkan kebahagiaan ibu dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga anak akan termotivasi untuk lebih berprestasi dan menghargai keberhasilannya sekecil apapun," tukas Diana. |