KOMPAS.com - Kesalahan merupakan hal yang wajar dilakukan siapa saja. Yang penting adalah bagaimana kita belajar dari kesehatan itu dan tidak mengulanginya lagi pada kemudian hari.
Hal ini ternyata berlaku juga bagi si kecil. Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, meski masih sangat belia, anak harus sudah diajarkan belajar dari kesalahan yang dia perbuat. Cara mengajarkannya, yaitu dengan membiarkan anak bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya, katanya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu. Nina, sapaannya, mencontohkan, misalnya saat anak menumpahkan minumannya, seharusnya anak diminta untuk membersihkan kotoran yang diakibatkannya. Menurut Nina, memarahi anak atas kesalahannya tidak terlalu memberikan efek pembelajaran. Namun, imbuhnya, saat meminta anak bertanggung jawab atas kesalahannya, orangtua juga perlu memberikan bimbingan. Caranya ialah dengan mendampinginya seraya mengajaknya berpikir apa kesalahannya. Dengan begitu, anak bisa mengerti kesalahannya dan berusaha tidak menguranginya lagi. Anak juga lebih mengerti apa yang perlu dia lakukan supaya tidak mengulangi kesalahan itu, jelas psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Lebih lanjut, Nina menuturkan, setelah anak bertanggung jawab atas kesalahannya, orangtua sebaiknya juga memberikan pujian. Pujian ini diperlukan agar anak mengerti apa yang dilakukannya sudah benar. Pujian, kata Nina, akan membuat anak lebih percaya diri. Ini juga dibutuhkan untuk menghindari rasa minder setelah melakukan kesalahan dan dimarahi. Kesalahan bisa diperbaiki, intinya anak harus mengerti konsep itu, pungkasnya. |