TEMPO Interaktif, Jakarta - Refi, 12 tahun, penuh semangat menuturkan kemenangan tim sepak bola sekolahnya di depan Yusuf, sang ayah. Siswa kelas I sekolah menengah pertama di kawasan Cileungsi ini beberapa kali membisikkan kalimat ke telinga ayah tercintanya. "Kalau bukan karena dukungan dan peran Ayah, aku dan tim sekolah tidak akan memenangi pertandingan sepak bola tingkat SMP se-Cileungsi," kata remaja berambut ikal itu. Dia menatap sayang ke arah Yusuf yang berdiri di sampingnya, sambil memeluk dan menciumi tangan ayahnya itu.
Lain lagi dengan Veza, gadis kecil berusia 11 tahun yang naik kelas VI sekolah dasar. Selepas pembagian rapor, wajah Veza murung. Menurut Kania, mamanya, selama semester ini papanya sering ditugaskan ke luar kota dan jarang pulang. "Rapor Veza sekarang nilai bahasa Inggris dan matematikanya turun. Dulu Veza selalu belajar matematika bersama papanya," tutur Kania. Seperti halnya Refi yang selalu membanggakan ayahnya, Veza pun mengidolakan papanya. "Papa tak hanya pintar mengajari matematika dan bahasa Inggris, berbincang dengan Papa membuatku mengerti berbagai hal," kata Veza pelan. Dua ulasan tersebut mewarnai diskusi kecil bertema "Fatherhood, Ayahku Idolaku" yang berlangsung di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Irwan Rinaldi, penulis dan konsultan masalah perkembangan anak serta pengasuhan keayahan, peran dan sosok kehadiran ayah, bapak, atau papa bagi anak-anak sangatlah penting. Irwan menjelaskan bahwa kini peran dan sosok ayah di masa kini semakin minim dan berkurang. "Kesibukan ayah mencari nafkah untuk menghidupi keluarga hendaknya tidak menjadi alasan dirinya tidak lagi ikut dalam pengasuhan, perawatan, dan pendidikan anak," ujarnya. Irwan menerangkan, peran dan sosok ayah harus ada secara riil, dalam arti tak hanya hadir secara fisik, tapi dibutuhkan peran nyata dalam upaya memberi dukungan serta perhatian pada perkembangan si anak. Bila hal ini tidak lagi ada, akan timbul kekhawatiran terhadap perkembangan karakter dan kepribadian anak. Irwan mengulas hal yang sekarang ini sering terjadi. Akibat minimnya sosok, peran fatherhood atau keayahan, anak tumbuh dengan kepribadian yang tidak sehat. "Antara lain, kini banyak anak tumbuh dengan kepribadian yang labil, tidak bisa menyelesaikan masalah, tidak disiplin, kurang bertanggung-jawab, dan sederet masalah lainnya." Yang memprihatinkan, kata Irwan, industri televisi dan hiburan yang menyajikan sosok pria dengan karakter kewanitaan atau banci menjadi hal biasa bagi anak-anak. "Bila fatherhood berangsur minim, lalu dijejali kondisi seperti itu, bisa dibayangkan bagaimana karakter dan perkembangan anak," ujarnya. Kemudian Irwan juga menguraikan tidak ada alasan bagi ayah yang sibuk bekerja menyerahkan tugas pengasuhan dan pendidikan anak kepada ibu atau yang lainnya. Menurut dia, kesibukan bukan alasan untuk mengabaikan peran pentingnya. "Itu yang sering dilupakan, seolah hal ini sepele, padahal bisa disiasati dengan cara ayahnya tetap berperan meski secara fisik tidak di rumah, tetap bisa dengan komunikasi atau perhatian," ujarnya. Si anak akan merasakan kedekatan yang luar biasa dan berdampak bagi pertumbuhan kepribadiannya ketika ia ada bersama sang ayah, berkomunikasi sambil menatap matanya, berbincang bersama sambil memeluk, dan bersenda gurau. Dia mencontohkan, sekarang yang terjadi, bila anaknya pamit ke sekolah, mencium tangan ayahnya, justru si anak diburu-buru karena sang ayah sibuk membaca atau menelepon. Ayah pun tidak membalas dengan tatapan atau kasih sayang yang tulus. "Nilai-nilai itu sudah hilang." Psikolog Anna Surti Ariani menegaskan fatherhood bermakna sangat penting. Sosok ayah sangat berperan dan berpengaruh besar pada perkembangan mental seorang anak. Ayah hendaknya selalu menjaga komunikasi dan interaksi yang sehat dalam sebuah keluarga. Anna mengatakan peran ayah dalam sebuah keluarga bukan sekadar penyandang gelar kepala keluarga dalam rumah tangga, tapi lebih dari itu, memiliki peranan penting dalam tumbuh-kembang anak. Ayah, bersama ibu, partnernya, harus menjadi tim yang solid, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengurus dan mendidik anak serta menjadi figur pelindung keluarga. Di mata seorang anak, kehadiran sosok ayah tak kalah penting dibanding ibu. Kehadiran dan segala tindakan kecil yang dilakukan ayah pada saat yang tepat akan menjadikan nilai ayah di mata anak bertambah. "Ada pendapat mengatakan, bagaimana ayahmu, maka aku akan tahu siapa engkau. Pendapat ini menggarisbawahi peran ayah terhadap anaknya." |