News
Mulailah Ajari Anak Miliki Empati

(KOMPAS, 5 MEI 2011)


JAKARTA,
KOMPAS.com
— Kesal melihat perilaku pejabat yang hobi melakukan studi banding
ke luar negeri dengan biaya puluhan miliar rupiah, sementara di Tanah Air masih
banyak rakyat sekarat hanya karena tak punya biaya untuk berobat? Atau,
barangkali Anda pernah mengalami nyaris tertabrak mobil, tetapi pengemudi
kendaraan itu malah melotot dan melengos pergi seolah-olah tidak bersalah?



Tidak hanya itu
karena masih banyak berita kekerasan di mana-mana. Kita pun jadi
bertanya-tanya, mengapa sekarang rasa empati seolah telah menghilang. Padahal,
dulu kita diajarkan untuk saling menghormati dan menolong sesama, berempati. Jangan-jangan
sikap empati dan tenggang rasa tidak pernah jadi akar budaya bangsa kita.



"Padahal,
memiliki empati sangat penting untuk membentuk karakter manusia yang kuat. Empati
adalah karakter paling utama. Bila sudah memiliki empati, kita jadi care kepada
orang lain, tidak menyakiti orang lain, dan berusaha untuk tidak berbuat
buruk," kata Prof Dr Jalaluddin Rahmat kepada Kompas.com, Kamis
(5/5/2011).



Empati dalam
kamus diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya, keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang
atau kelompok lain. Jalaluddin menambahkan, rasa empati jika sudah tumbuh bisa
menggerakkan orang lain melakukan hal yang sama.



"Dari empati
juga akan dilahirkan kejujuran dalam menghadapi dilema moral," imbuhnya.



Menumbuhkan
empati, menurut dia, seharusnya menjadi bagian dari pendidikan karakter di
sekolah. Anak yang sudah memiliki empati akan memiliki misi dalam hidupnya.



"Jika orang
sudah bisa berempati, yang dipikirkannya bukan bagaimana mengambil manfaat dari
orang lain, melainkan bagaimana mendatangkan manfaat untuk sekitarnya,"
kata Jalaludin.



Ia menambahkan,
empati akan memengaruhi etos kerja dan sikap seseorang. Kasus-kasus korupsi
yang seolah menjadi "budaya" di negeri ini, lanjut Jalaluddin, tidak
akan terjadi bila orang punya rasa empati.



 Link:



http://edukasi.kompas.com/read/2011/05/05/19495552/Mulailah.Ajari.Anak.Miliki.Empati