Jakarta, Banyak anak laki-laki yang menyukai game online. Alasannya game online bisa membantu anak laki-laki melepaskan stres. Namun jika bermain game sudah membuat anak menjadi kecanduan, akibatnya bisa fatal. Kecanduan game online bisa membuat anak tidak percaya diri dan tidak bersemangat. Yang parah, anak tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia maya, serta bisa terpicu melakukan tindakan brutal.
Psikiater dan praktisi pendidikan anak di Korea Selatan, Yee-Jin Shin dalam buku Mendidik Anak di Era Digital: Kiat Menangkal Efek Buruk Teknologi terhadap Anak menuturkan kasus seorang remaja laki-laki kelas 3 SMA yang kecanduan game lantas membunuh ibunya. Peristiwa itu terjadi karena sang ibu terus-menerus memarahinya karena remaja itu bermain game. Remaja itu lantas merasa bersalah dan akhirnya bunuh diri. "Hanya dengan melihat peristiwa itu saja kita bisa tahu betapa rapuhnya jiwa anak akibat kecanduan game. Bermain game, mengabaikan pelajaran, dan tidak cocok dengan orang-orang di sekitarnya merupakan masalah yang fundamental," tutur Yee-Jin Shin, seperti ditulis detikHealth pada Selasa (21/10/2014). Akibat kecanduan game, anak-anak bisa terjebak di dunia maya sehingga mengakibatkan kesadarannya terhadap dunia nyata menjadi lemah. "Selain itu, dia tidak bisa mengontrol emosinya sehingga terlihat brutal dan impulsif," imbuh Yee-Jin Shin. Remaja yang terpaku terlalu lama di dunia maya akibat kecanduan game itu merasa seolah avatarnya diserang saat ibunya menyuruh berhenti bermain game. Nah, ketika dia tersadar di dunia nyata, ibunya sudah tergeletak tidak berdaya. Remaja itu pun menyesal, terkejut, dan ketakutan, sehingga memilih untuk mengakhiri hidupnya. "Unsur kekerasan dari perilaku impulsif yang dianggap sebagai masalah kronis dari game online pun terlihat. Jika dia bisa mengendalikan amarhnya sedikit saja dan bisa mengendalikan emosinya sendiri, tragedi semacam itu tidak akan terjadi," papar Yee-Jin Shin. Yee-Jin Shin memaparkan anak yang hidup di dunia maya akan menjadi gugup dan kasar ketika berada di dunia nyata. Bahkan menurutnya, anak-anak itu tampak seperti katak dalam tempurung. Anak-anak menjadi nyaman dengan hidup di dunia maya, sehingga seolah tidak pernah berpikir untuk menjalani kehidupan di dunia nyata yang luas dan menantang. |